Suku Tengger merupakan salah satu suku asli Indonesia yang mendiami kawasan Pegunungan Tengger, khususnya di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur. Mereka dikenal memiliki budaya dan tradisi yang unik, serta menganut kepercayaan Hindu-Budha yang diwarisi dari masa Majapahit. Sejarah suku ini erat kaitannya dengan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara, khususnya Majapahit.
Asal-Usul Suku Tengger
Suku Tengger dipercaya sebagai keturunan langsung dari masyarakat Majapahit yang melarikan diri ke daerah pegunungan untuk menghindari Islamisasi di Jawa pada abad ke-15. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh akibat serangan Kesultanan Demak, sebagian besar penduduknya berpindah ke berbagai daerah, termasuk ke wilayah pegunungan yang sekarang dikenal sebagai Tengger. Nama "Tengger" sendiri dipercaya berasal dari gabungan nama Roro Anteng dan Joko Seger, dua tokoh legendaris yang dianggap sebagai leluhur suku ini.
Legenda Roro Anteng dan Joko Seger
Menurut legenda, Roro Anteng adalah seorang putri keturunan Majapahit, sementara Joko Seger berasal dari kalangan rakyat biasa. Setelah Majapahit runtuh, mereka menetap di daerah Tengger dan membangun kehidupan baru. Namun, pasangan ini lama tidak dikaruniai keturunan. Mereka kemudian berdoa kepada para dewa di puncak Gunung Bromo. Dalam doanya, mereka berjanji akan mengorbankan anak terakhir mereka jika diberikan keturunan. Akhirnya, mereka dikaruniai 25 anak. Sayangnya, mereka harus memenuhi janji dengan mengorbankan anak terakhir mereka, Kesuma, yang akhirnya menghilang ke dalam kawah Bromo. Sejak saat itu, masyarakat Tengger melakukan ritual Yadnya Kasada sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur.
Kepercayaan dan Agama
Suku Tengger masih mempraktikkan ajaran Hindu-Budha yang berasal dari masa Majapahit. Mereka menganut Hindu Dharma, yang bercampur dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Meskipun Hindu Bali juga berkembang di Indonesia, Hindu Tengger memiliki beberapa perbedaan, seperti tidak adanya sistem kasta.
Ritual utama yang dijalankan oleh masyarakat Tengger adalah upacara Yadnya Kasada. Dalam upacara ini, masyarakat Tengger mempersembahkan hasil bumi, ternak, dan sesajen ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan dewa-dewa. Ritual ini biasanya dilakukan pada bulan Kasada menurut penanggalan Hindu Tengger.
Selain Yadnya Kasada, mereka juga memiliki upacara lain seperti Unan-Unan, Karo, dan Entas-Entas yang berkaitan dengan siklus kehidupan, panen, dan penghormatan kepada leluhur.
Struktur Sosial dan Mata Pencaharian
Suku Tengger dikenal memiliki struktur sosial yang sederhana dan lebih egaliter dibandingkan masyarakat Hindu di Bali. Mereka tidak mengenal sistem kasta sehingga setiap individu memiliki kedudukan yang hampir setara dalam masyarakat. Pemimpin adat yang disebut "Dukun" memegang peran penting dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat.
Mata pencaharian utama suku Tengger adalah pertanian. Mereka menanam sayuran seperti kentang, kubis, wortel, dan bawang putih yang menjadi komoditas utama di kawasan Pegunungan Tengger. Selain itu, beberapa dari mereka juga terlibat dalam sektor pariwisata seiring dengan berkembangnya wisata Gunung Bromo.
Bahasa dan Sastra
Suku Tengger menggunakan bahasa Jawa Tengger yang merupakan dialek khas dari bahasa Jawa. Dialek ini memiliki beberapa perbedaan dengan bahasa Jawa standar, terutama dalam hal pelafalan dan kosa kata yang masih mempertahankan unsur-unsur bahasa Kuno dari zaman Majapahit.
Dalam sastra lisan, mereka memiliki berbagai cerita rakyat dan legenda yang diwariskan turun-temurun. Beberapa cerita ini mengisahkan tentang asal-usul suku Tengger, kisah para leluhur, serta ajaran moral dan spiritual.
Perubahan Sosial dan Modernisasi
Seiring dengan berkembangnya zaman, suku Tengger juga mengalami berbagai perubahan sosial. Akses terhadap pendidikan dan teknologi mulai meningkat, sehingga generasi muda suku Tengger lebih terbuka terhadap modernisasi. Namun, mereka tetap mempertahankan tradisi dan budaya mereka, terutama dalam hal kepercayaan dan ritual adat.
Pariwisata juga membawa dampak besar bagi masyarakat Tengger. Dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo, banyak masyarakat Tengger yang beralih profesi menjadi pemandu wisata, pengelola homestay, atau penyedia jasa transportasi.
Suku Tengger adalah salah satu kelompok masyarakat adat di Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan budaya unik. Mereka merupakan keturunan dari kerajaan Majapahit yang tetap mempertahankan ajaran Hindu hingga saat ini. Dengan sistem sosial yang egaliter, kepercayaan yang kuat, serta keterbukaan terhadap perkembangan zaman, suku Tengger mampu bertahan di tengah arus modernisasi tanpa kehilangan jati diri mereka. Ritual Yadnya Kasada dan kehidupan agraris mereka tetap menjadi ciri khas yang membedakan mereka dari suku lain di Indonesia. Dengan demikian, Suku Tengger menjadi bagian penting dalam kekayaan budaya Nusantara yang perlu dilestarikan.
Posting Komentar